Rabu, 17 Juni 2015

Inovasi

Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi social tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya "sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bias benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks social yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery.
Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Sekalipun telah diberlakukannya otonomi daereh sebagai konsekuansi penerapan undang-undang nomor 22 tahun 1999, permasalahan itu tampaknya akan tetap ada, bahkan akan semakin kompleks. Masalah tersebut adalah masalah relevansi, masalah kualitas, masalah efektivitas dan efisiensi, masalah daya tampung sekoloah yang terbatas.
1.      Masalah relevansi pendidikan
2.      Masalah kualitas pendidikan
3.      Masalah efektivitas dan efisiensi.
4.      Masalah daya tampung yang terbatas.
Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Sifat & Sikap yang Harus Dimiliki Guru

Ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas secara profesional yang mendukung diterapkannya penerapan pembelajaran terpadu, yaitu:
• Fleksibel. Tidak kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan, sifat-sifat serta latar belakang siswa.
• Bersikap terbuka
• Berdiri sendiri
• Peka. Mengerti, menilai atau melihat dengan perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa.
• Tekun
• Realistik ( berpikir & berpandangan realistik)
• Melihat ke depan
• Rasa ingin tahu
• Ekspresif
• Menerima diri. Menerima keadaan dan kondisi dirinya.
Sumber=
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
A) Tidak semua mata pelajaran harus disatukan
B) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
C) Kompetensi dasar yang tak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan.
D) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
E) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
F) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Sumber=
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Kekurangan & Kelebihan Pola Mata Pelajaran Terpisah

Kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

a) Bahan pelajaran yang dipelajari secara terpisah menggambarkan bahwa tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya
b) Bahan pelajaran yang diberikan / dipelajari tidak bersifat aktual
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif
d) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
e) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa.

Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

a) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana & mudah dipelajari.
b) Kurikulum ini mudah diubah & dikembangkan.
c) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai & budaya terdahulu
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah ubtuk diperluas & dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengab waktu yang ada.
Sumber =
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Ciri-Ciri Inovasi (Rogers)

Inovasi harus mengandung makna perbaikan terhadap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan termasuk menetapkan satu atau lebih kriteria kualitatif. Inovasi juga biasanya dilihat sebagai sesutu yang biasa dan bukannya menyusun kembali apa yang sudah ada kedalam pola-pola baru, dilain pihak perubahan meminta respon sedangkan kualifikasi memerlukan inisiatif.

Ciri-ciri yang dikemukakan di atas adalah ciri-ciri berdasarkan batasan atau pengertian inovasi karena dalam spektif yang berbeda tentu akan menunjukkan ciri yang berbeda.
Rogers (1983), misalnya, mengemukakan ciri-ciri inovasi,yaitu:

a. Keuntungan relatif (relative advantage) adalah tingkat yang digunakan untuk mengukur apakah inovasi itu lebih baik dari gagasan sebelumnya atau tidak.

b. Kesepadanan (compability) tingkat sampai di mana suatu inovasi konsisten terhadap nilai-nilai yang ada, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kebutuhan-kebutuhan para opter yang potensial.

c. Kompleksitas (complexity) adalah tingkat sampai di mana suatu inovasi dilihat sebagai hal yang sulit untuk dipahami dan digunakan.

d. Kemungkinan dapat dicoba (trialability) ialah tingkat sampai dimana kemungkinan suatu iniovasi dapat dicobakan pada batas-batas tertentu.

e. Kemungkinan dapat diamati (observability) adalah tingkat sampai dimana hasil dari suatu inovasi dapat diamati oleh orang lain.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Selasa, 16 Juni 2015

Peranan Guru dalam Kurikulum

Kurikulum tidak bisa stagnan dan harus terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurut Murray Printr peran guru dalam kurikulum adalah sebagai berikut :

Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.

Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.

Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama / guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dan Sumardi, 2009).

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Minggu, 14 Juni 2015

Pengertian, Fungsi & Jenis Tes

a. Pengertian

Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat materi tertentu. Menurut Sudijono (1996) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut Norman (1976) tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).

b.Fungsi
Menurut Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes antara lain:
1.Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau dicapai.

c.Jenis Tes
Ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu:
1.Tes penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
2.Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan diagnostik. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan tertentu.
3.Tes Formatif
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kualitas pembelajaran di kelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.
4.Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan  atau rangking masing-masing siswa dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)

Mata Kuliah : Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 03 Juni 2015

Keunggulan Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b.Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Evaluasi

1.Sudijono (1996) mengemukakan bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data merupakan hasil dari pengukuran.
2.Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai. (Gronlund, 1985).
3.Menurut Ralph Tyler (1950) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
4.Adams (1964) dalam bukunya “Measurement and evaluation in education, psychology, and guidance” menjelaskan bahwa kita mengukur berbagai kemampuan anak didik. Bila kita melangkah lebih jauh lagi dalam menginterprestasi skor sebagai hasil pengukuran itu dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai dalam suatu kerangka maksud pendidikan dan pelatihannya atau atas dasar beberapa pertimbangan lain untuk membuat penilaian, maka kita tidak lagi membatasi diri kita dalam pengukuran, kita sekarang telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan anak didik.
5.Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut “kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penilaian hasil belajar yang didasarkan pada proses pengukuran yang valid.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Penilaian

1.Menurut Depdikbud (1994) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.

2.Anthony J Nitko (1996) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that it used for making decisions about students”.

3.Gronlund mengartikan penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pengertian penilaian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan menentukan nilai suatu objek yang ditujukan pada penguasaan dalam beberapa bidang.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli

1. Menurut William Shockley pengukuran adalah perbandingan dengan standar.
2.Menurut Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
3.Wiersma & Jurs (1990) mengemukakan bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan – satuan tertentu.
4.Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu.

Dari pengertian pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan serta bersifat kuantitatif.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Model Sequenced (Model Urutan)

Model sequenced adalah salah satu dari lima model pembelajaran terpadu di dalam lintas beberapa mata pelajaran yang paling sederhana. Kelima model ini disusun dari yang agak sederhana hingga yang rumit dalam lebih dari satu mata pelajaran. Kelima model itu ialah (1) model sequenced seperti yang akan kita bahas, (2) model shared, (3) model webbed (4) model threaded, dan (5) model integrated.

Secara bahasa, "sequenced" adalah rangkaian, urutan, atau tingkatan. Sequenced  adalah susunan bahan ajar yang terdiri atas topik/subtopik, dan di dalam tiap topik/subtopik terkandung ide pokok yang relevan dengan tujuan. Dengan artikulasi yang terbatas lintas disiplin, guru dapat mengatur kembali urutan topik sehingga unit-unit yang mirip bersinggungan dengan yang lainnya. Dua disiplin terkait dapat diurutkan sehingga isi bidang studi dari keduanya dapat diajarkan secara pararel. Dengan melakukan pengurutan di mana topik-topik diajarkan, aktivitas yang satu meningkatkan yang lain.
Dengan demikian, dua atau lebih guru dapat saling menyusun urutan konsep pelajaran yang akan diajarkan, kemudian memadukan dengan urutan konsep yang telah dibuat oleh guru yang lain terhadap pelajaran yang diasuhnya. Dengan dibuat suatu urutan yang saling bersinggungan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain, akan membantu siswa lebih mudah memahami terhadap apa yang disampaikan oleh guru.

Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara parallel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara parallel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajaran pada alokasi jam yang sama.

Dalam model urutan (sequenced) memerlukan kolaborasi dan fleksibilitas semua kalangan. Ini tidak semudah yang kita dengar karena ketepatan waktu, guru yang mengajar dan sub materi harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sehingga dalam aplikasinya model pembelajaran urutan ini lebih jarang digunakan. Contohnya guru bahasa Inggris mengajarkan periode sejarah novel tertentu, sementara guru sejarah juga mengajarkan periode sejarah yang sama. Dalam dua disiplin ilmu tersebut, memudahkan siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru, memberikan penguatan terhadap materi yang disampaikan dan pembelajaran lebih bermakna.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Minggu, 31 Mei 2015

Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi secara terstuktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pambelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala:
a) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview).

b) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.

c) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan  jenis materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru.

d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. Misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

e) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.

f) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru menjelaskan untuk seluruh siswa.

g) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.

h) Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang di butuhkan.

i) Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.   

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Selasa, 19 Mei 2015

Teori Belajar Sosial (Social Learning) Menurut Albert Bandura



a)      Pencetus teori ini adalah Albert Bandura, dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

b)      Teori belajar sosial disebut juga teori pembelajaran observasional, dikembangkan oleh Bandura. Berbeda dengan para behavioris lain, Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis terhadap stimulus (S-R Bond) melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini, belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori Bandura ini juga masih memandang pentingnya Conditioning melalui pemberian reward dan punishment. Seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilaksanakan. Menurut teori ini individu menguasai lebih banyak dari sekadar yang diperlihatkan oleh perilakunya.
Bandura menyatakan “Manusia adalah organism yang mempunyai kemampuan berpikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat mengahayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri”. Melalui pembelajaran observasional yang disebut modeling atau menirukan perilaku manusia, Bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial. Proses modeling terjadi dengan beberapa tahapan yakni Atensi (perhatian), Retensi (ingatan), Produksi dan Motivasi.

c)      Kelebihan teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

d)     Kelemahan jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

e)      Menurut saya teori ini baik, namun belum cocok bila diterapkan pada pendidikan Indonesia. Karena ditakutkan banyak yang meniru dari tingkah laku negatif, apalagi mereka yang tinggal di lingkungan bebas. Begi mereka yang tinggal di tempat pembelajaran yang tertutup, tinggal menetap (asrama) mungkin masih bisa berjalan baik.

Operant Conditioning Menurut Skinner


a) Pencetus teori ini adalah Burrhusm Frederic Skinner (lahir di Susquehanna, Pennsylvania, 20 Maret 1904 – meninggal di Massachusetts, 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme.

b) Teori ini dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Skinner merupakan yang paling akhir sebagai seorang behavioris, tetapi karena konsep Skinner lebih unggul daripada tokoh sebelumnya dia yang dianggap sebagai pengembang teori behavioris.

c) Kelebihannya tentu karena teori ini lebih unggul daripada teori sebelumnya, ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan lebih komprehensif.

d) Kelemahan dari teori ini adalah tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan membuat peserta didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas pendidik akan menjadi semakin berat.

e) Saya rasa teori ini juga baik bila diterapkan di Indonesia. Penerapan teori ini misalnya hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat, dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman, dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

Teori Belajar Menurut Guthrie


a) Teori ini dicetuskan oleh Edwin Ray Guthrie. Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan. Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas Washington.

b) Hukum belajar yang dihasilkan dari penyelidikannya adalah Law of Contiguity atau hukum hubungan. Gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul kembali akan cenderung diikuti gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara. Guthrie juga percaya mengenai faktor hukuman (punishment).

c) Kelebihan dari teori ini adalah Guthrie berbeda dengan ahli yang lain yakni melihat faktor punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

d) Kelemahannya, hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara sehingga dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan antara S (stimulus) dengan R (respon) bersifat lebih kuat dan menetap. Dalam teori ini peserta didik harus dibimbing melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, pendidik tidak diperkenankan mengabaikan peserta didik.

e) Menurut saya teori ini juga cukup baik apabila diterapkan di Indonesia, karena teori ini melihat faktor hukuman. Karena suatu hukuman yang tepat bisa saja mengubah tingkah laku sesorang ke arah yang lebih baik. Dan yang paling penting sebaiknya hukuman itu juga bersifat mendidik.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

Pendidikan Multi Budaya


Tanggal 17/05/2015

Pendidikan Multibudaya adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang. Pendidikan Multibudaya (Multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Pembelajaran Multibudaya pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya.
Dalam konteks yang luas, pendidikan Multibudaya mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Pembelajaran berbasis Multibudaya berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung.
Pendidikan Multibudaya juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Pendidikan Multibudaya diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.

Tujuan pendidikan dengan berbasis Multibudaya dapat diidentifikasi:
1.     Untuk mefungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam.
2.    Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan.
3.  Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
4.  Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan.


Di samping itu, pembelajaran berbasis Multibudaya dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan, yang bertujuan untuk: (1) Membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) Memajukan kebebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

PENDIDIKAN KELUARGA

Tanggal 15/05/2015

A.   Pengertian Pendidikan Keluarga
Pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006:182).
Sedangkan keluarga menurut istilah adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989).

B.     Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
1.       Tujuan Pendidikan Keluarga
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
2.      Fungsi Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
1.      Fungsi edukatif
2.      Fungsi sosialisasi anak
3.      Fungsi proteksi (perlindungan)
4.      Fungsi afeksi (perasaan)
5.      Fungsi religious
6.      Fungsi ekonomi
7.      Fungsi rekreasi
8.      Fungsi biologis
3.      Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.

C.    Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.

D.    Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara pendekatan endogenous (menimbulkan dari dalam) dan conditioning (pembisaan, mempengaruhi dari luar) serta enforcement (pemaksaan).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola asih.
Strategi yang dapat digunakan oleh orang untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :
1.      Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
2.      Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
3.      Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.

4.      Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.

Mata Kuliah  : Pembelajaran PKN di SD
Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 13 Mei 2015

Teori Classical Conditioning Menurut Pavlov

Teori Classical Conditioning Menurut Pavlov

a.      Pencetus teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov (14 September 1849
– 27 Februari 1936) adalah seorang fisiolog dan dokter dari Rusia. Ia
dilahirkan di sebuah desa kecil di Rusia tengah. Keluarganya
mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari
Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih
banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan seminari
ke Universitas St. Petersburg. Di sana ia belajar kimia dan fisiologi,
dan menerima gelar doktor pada 1879. Ia melanjutkan studinya dan
memulai risetnya sendiri dalam topik yang menarik baginya: sistem
pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat
sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia.

b.      Teori ini menjelaskan tentang pengkondisian asosiatif
stimulus-respons. Menurut teori conditioning Pavlov, belajar itu
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu
refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya
dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan
dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain,
gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena
mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam
refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks) atau refleks yang
dipelajari (conditioned reflex).
Objek eksperimen Pavlov, yaitu seekor anjing. Teori ini dilatar
belakangi oleh percobaan Pavlov tentang keluarnya air liur anjing. Air
liur akan keluar, apabila anjing melihat atau mencium bau makanan.
Terlebih dahulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan.
Pada percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur
anjng akan keluar meskipun belum melihat makanan, artinya perilaku
individu dapat dikondisikan.

c.      Kelebihannya, pada teori Pavlov ini individu tidak menyadari bahwa
ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya, hal ini
sangat membantu dan memudahkan pendidik dalam dunia pendidikan untuk
melakukan pembelajaran terhadap peserta didiknya.

d.      Kelemahan dari teori conditioning ini adalah teori ini menganggap
bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan
penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau
kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam
bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung
kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang
peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang
akan dilakukannya.
Selain itu, jika kondisi ini dilakukan secara terus menerus, maka
ditakutkan murid akan memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang
berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya siswa didik atau anak
harus memilki stimulus dari dalam dirinya sendiri (self motivation)
dalam melakukan kegiatan belajar dan pemahaman yang diberikan oleh
guru.

e.      Menurut saya teori ini juga cukup baik apabila diterapkan pada
pendidikan Indonesia, contoh penerapan teori ini adalah para pendidik
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh
oleh pendidik. Pendidik tidak banyak memberi ceramah tetapi instruksi
singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupaun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks. Metode Pavlov ini sangat cocok
untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya. Contohnya: percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME

Tanggal 10/05/2015

•           Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat
spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang
memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas.
Menurut epistemologis, pengatuhan itu diperoleh dengan cara mengingat
kembali melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu
diperintah melalui nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas
yang absolut.
•       Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang
hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar
campur tangan manusia. Dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu
diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya, sedangkan tingkah
laku manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah
diatur oleh kebijaksanaan yang teruji.
•       Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode
dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu
ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis. Esensi diri
pragmatisme ini terletak pada metodenya yang sangat empiris dimana
sangat menekankan pada metode dan sikap lebih dari suatu doktrin
filsafat yang sistematis dan menggunakan metode ilmu pengetahuan
modern sebagai dasar dari suatu filsafat.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

Teori Connectionism (S-R Bond) Menurut Thorndike

Tanggal 12/05/2015

Teori Connectionism (S-R Bond) Menurut Thorndike

a.      Teori ini dicetuskan oleh Edward Lee Thorndike. Thorndike
berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan
Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari
Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898.
Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903),
Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911),
Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The
Social Order (1940).

b.      Teori ini merupakan teori yang paling awal dari rumpun
behaviorisme. Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut
stimulus (S) dengan respon (R). Belajar adalah pembentukan hubungan
stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam artian dengan adanya
stimulus itu maka diharapkan timbulah respon yang maksimal teori ini
sering juga disebut dengan teori trial and error. Dalam teori ini
orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang
berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus
dan respon ini dilakukan dengan ulangan-ulangan.
Dalam membuktikan teorinya Thorndike melakukan percobaan terhadap
seekor kucing yang lapar dan kucing itu ditaruh dalam kandang, yang
mana kandang tersebut terdapat celah-celah yang kecil sehingga seekor
kucing itu bisa melihat makanan yang berada diluar kandang dan kandang
itu bisa terbuka dengan sendiri apabila seekor kucing tadi menyentuh
salah satu jeruji yang terdapat dalam kandang tersebut.
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan oleh Thorndike antara lain: 1)
Law of Effect (hukum efek), jika sebuah respon (R), menghasilkan efek
yang memuaskan, maka ikatan antara S (stimulus) dengan R akan semakin
kuat. Begitupun sebaliknya. Artinya, belajar akan lebih bersemangat
apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik. 2) Law of
Readiness (hukum kesiapan), pada implementasinya, belajar akan lebih
berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya. 3) Law of
Exercise (hukum latihan), hubungan antara S dengan R akan semakin
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang bila
jarang dilatih.

c.      Kelebihannya yakni dengan sering melakukan pengulangan dalam
memecahkan suatu permasalahan, peserta didik akan memiliki sebuah
pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian
hadiah, akan membuat peserta didik menjadi lebih memiliki kemauan
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

d.      Kelemahan dari teori ini yakni terlalu memandang manusia sebagai
mekanismus dan otomatisme belaka, disamakan dengan hewan. Meskipun
banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa
tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error.
Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia. Kekurangan lainnya
yakni memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara
stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah
memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau
ulangan-ulangan yang terus menerus.

e.      Apabila teori ini diterapkan pada pendidikan Indonesia, saya setuju
karena teori ini cukup baik bila diterapkan. Contoh penerapan teori
ini misalnya sebelum pendidik mulai mengajar didalam kelas, maka
peserta didik disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya peserta
didik disuruh duduk, reward dan punishment sehingga memberikan
motivasi proses belajar mengajar yang rapi, tenang dan sebagainya.
Contoh lain pendidik mengadakan ulangan yang teratur. Selain itu,
pendidik memberikan bimbingan, pemberian hadiah, dan pujian.

Mata Kuliah  : Pembelajaran PKN di SD
Dosen            : Dirgantara Wicaksono

Perkembangan Manusia (Definisi & Teori)

Tanggal 08/05/2015

A.      Definisi Perkembangan
Perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhannya.
Akhmad Sudrajat mengemukakan “Perkembangan” dapat diartikan sebagai
perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri
individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Menurut F. J Monks, dkk.
(2001) bahwa perkembangan merujuk pada suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak dapat diulang kembali.

B.      Teori – Teori Perkembangan
1.      Teori Awal : Preformasionisme (John Locke & J.J Rousseau)
John Locke menyatakan bahwa anak ibarat kertas kosong (teori
tabularasa), sehingga apapun pikirannya yang muncul hampir sepenuhnya
muncul dari pembelajaran dan pengalaman yang mereka peroleh.
Selanjutnya J.J Rousseau, membagi 5 tahap perkembangan, fungsi dan
kapasitas kejiwaan manusia yaitu: (1) Masa bayi (usia 0-2 tahun (2)
Masa anak-anak (usia 2-12 tahun) (3) Masa kanak-kanak akhir (usia
12-15 tahun) (4) Masa dewasa (usia 15-20 tahun) (5) Masa pematangan
(setelah umur 20 tahun).

2.      Teori Pendewasaan / Kematangan (Gesell)
Menurut Gesell bahwa anak dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama,
anak adalah produk dari lingkungannya. Kedua, berasal dari dalam diri
anak.

3.      Teori Etologis (Charles Darwin)
Charles Darwin meyakini, bahwa seleksi alam diaplikasikan bukan hanya
pada sifat-sifat fisik (seperti warna kulit) namun juga beragam jenis
tingkah laku. Darwin disebut sebagai etolog pertama.

4.      Teori Organismik dan Komparatif (Werner)
Perkembangan menurut Wenner mengacu kepada lebih dari sekadar
berlalunya waktu, kita bisa tumbuh menjadi tua namun tidak berkembang.
Bagi Werner bahwa anak-anak memerlukan kesempatan untuk belajar lewat
aktifitas-aktifitas sensori-motoriknya dan tugas-tugas yang bermakna
secara emosional bagi mereka.

5.      Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Model kognitif Piaget, dengan asumsi bahwa perkembangan manusia dapat
digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur. Teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang
termotivasi sendirinya terhadap lingkungan.
Piaget membagi skema yang digunakan untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yaitu: (1) Periode Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
(2) Periode Pra-operasional (usia 2-6 tahun) (3) Tahapan Operasional
Konkrit (usia 7-12 tahun) (4) Tahapan Operasional Formal (usia 12
tahun sampai dewasa).

6.      Teori  Tahap Perkembangan Moral (Kohlberg)
Kohlberg lebih menyoroti tentang perkembangan moral pada manusia.
Menurutnya, ada enam tahapan perkembangan moral manusia, yaitu:
Tingkat Pertama, bahwa Moralitas Prakonvensional yaitu terdiri dari;
Tahap 1 Kepatuhan dan Orientasi Hukuman dan Tahap 2 Individualisme dan
Pertukaran. Tingkat Kedua, Moralitas Konvensional yaitu; Tahap 3
Hubungan-hubungan Antar Pribadi yang Baik, Tahap 4 Memelihara Tatanan
Sosial. Tingkat Ketiga yaitu, Moralitas Pasca-Konvensional; Tahap 5
Kontrak Sosial dan Hak-Hak Individual, Tahap 6 Prinsip-prinsip
Universal.

7.      Teori Psikoanalitik (Sigmund Freud)
Menurutnya, perubahan psikologis daitur oleh kekuatan-kekuatan bathin,
khususnya kedewasaan biologis. Secara lebih rinci, menurut Sigmund
Freud, ada 6 tahap perkembangan fisiologis yaitu: (a) Oral (usia 0-1
tahun) (b) Fase Anal (usia 1-3 tahun) (c) Fase Falish (3-5/6 tahun)
(d) Fase Latent (usia 5/6 – 12/13 tahun) (e) Fase Pubertas (usia 12/13
tahun – Dewasa) (f) Fase Genital (usia 20 tahun dan seterusnya).

8.      Teori Delapan Tahap Kehidupan Manusia (Erick Erikson)
Secara teoritis ada 8 tahap kehidupan manusia yaitu: (a) Oral; zona
utamanya adalah mulut. (b) Anal; Mode dasar pada tahap ini adalah
retensi dan eliminasi. (c) Falik (Odipal); Mode utama tahap ini
disebut sebagai intrusi berarti penggerakkan ke depan. (d) Latensi;
Paling menentukan bagi pertumbuhan ego. (e) Pubertas (Genital);
Peningkatan pesat di dalam energi sangat mengganggu remaja. (f) Dewasa
Muda; Mencapai keintiman. (g) Dewasa; Sanggup membangun keintiman yang
benar. (g) Senja; Integritas ego vs keputus asaan.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 06 Mei 2015

Ketika pertama kali mengajar.....


Sebelum mengajar, tentulah harus mengetahui dan memahami bermacam
strategi, pendekatan, model, metode dan media. Agar kemudian mudah
untuk membuat kelas menjadi hidup akan cara tersendiri dalam mengajar.
Selain itu, Guru juga harus memahami juga memiliki RPP dan Silabus,
agar pembelajaran dapat berlangsung secara baik dan teratur.

Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Macam-macam Strategi Pembelajaran :
•       Strategi Pembelajaran Berorientasis Aktivitas Siswa
•       Strategi Pembelajaran Ekspositori
•        Strategi Pembelajaran Inkuiri
•       Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
•       Strategi Pembelajaran Afektif
•       Strategi Pembelajaran Kontekstual
•       Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
•       Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan Pembelajaran adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.  Pendekatan secara umum dibagi menjadi dua,
yakni pendekatan berpusat pada guru dan pendekatan berpusat pada
siswa.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Berikut
contoh beberapa model pembelajaran:
•       Kooperatif
•       Make a Match
•       Kontekstual
•       Number Head Together
•       Think, Pair & Share
•       Jigsaw
•       Role Playing

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Berikut
beberapa contoh  metode pembelajaran:
•       Ceramah
•       Diskusi
•       Tanya jawab
•       Study tour
•       Latihan keterampilan

Pada saat pertama kali mengajar, tentunya akan didampingi oleh salah
satu Guru atau bahkan didampingi oleh Kepala Sekolah di Sekolah
tersebut. Ketika masuk ke dalam kelas, tak lupa kami mengucapkan Salam
kepada siswa yang ada dikelas. Lalu, mengajak siswa untuk berdoa
bersama sebelum memulai pembelajaran hari ini. Setelah berdoa selesai,
kemudian pendamping saya memberitahukan bahwa saya adalah Guru baru di
sekolah tersebut. Setelah selesai perkenalan singkat, pendamping
meninggalkan saya keluar kelas. Lalu saya memperkenalkan diri secara
lebih dekat dengan siswa bahwa saya adalah Guru baru disekolah
tersebut.
“Hai.. Selamat Pagi Anak-Anak!....”
Setelah memperkenalkan diri, saya menanyakan bagaimana kabar siswa
pada hari itu. Dan mengingatkan agar tidak lupa untuk sarapan pagi
sebelum jam 9. Lalu, saya mengabsen siswa menggunakan buku absen yang
telah disediakan sekaligus perkenalan. Setelah selesai mengabsen saya
akan menjelaskan secara singkat mengenai apa yang akan dipelajari pada
saat itu.
(Misalnya pada saat mata pelajaran PKn, mengenai tata tertib)
Lalu saya menanyakan kepada siswa mengenai hal-hal yang menyangkut
dengan pelajaran pada saat itu. Hal ini ditujukan agar Guru dapat
mengetahui sejauh mana siswa mampu berpikir dan agar siswa lebih mudah
nantinya dalam menerima pelajaran.
“Apakah kalian pernah melanggar tata tertib?”
Atau
“Tata tertib itu apa sih?”
Setelah itu, saya akan membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Sebaiknya satu kelompok 4-5 orang. Lalu memberikan beberapa inti
pertanyaan yang akan mereka bahas bersama-sama. Seperti “Apa saja tata
tertib di sekolah yang kalian ketahui .. ”Dalam kegiatan ini, tak lupa
melihat kerjasama diantara mereka.
Setelah waktu diskusi berakhir, saya akan mempersilahkan masing-masing
perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Lalu, pada akhir kegiatan pembelajaran saya memberikan potongan gambar
dan kata keterangan. Masing-masing kelompok akan mendapatkan soal yang
sama. Yakni menjodohkan gambar (yang berhubungan dengan tata tertib)
dengan keterangan gambar yang benar. Hal ini ditujukan untuk lebih
meningkatkan kerjasama antar siswa dan kemampuan berpikirnya.
Saat kegiatan pembelajaran berakhir, tak lupa saya memberikan
kesimpulan tentang pembelajaran pada saat itu. Dan memberikan
keterangan bagaimana siswa-siswi dalam kegiatan pembelajaran tersebut,
apakah aktif ataupun tidak dan sebagainya.
Lalu saya menutup kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk
berdoa bersama setelah pelajaran.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono