Minggu, 31 Mei 2015

Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi secara terstuktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pambelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala:
a) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview).

b) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.

c) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan  jenis materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru.

d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. Misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

e) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.

f) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru menjelaskan untuk seluruh siswa.

g) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.

h) Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang di butuhkan.

i) Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.   

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Selasa, 19 Mei 2015

Teori Belajar Sosial (Social Learning) Menurut Albert Bandura



a)      Pencetus teori ini adalah Albert Bandura, dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

b)      Teori belajar sosial disebut juga teori pembelajaran observasional, dikembangkan oleh Bandura. Berbeda dengan para behavioris lain, Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis terhadap stimulus (S-R Bond) melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini, belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori Bandura ini juga masih memandang pentingnya Conditioning melalui pemberian reward dan punishment. Seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilaksanakan. Menurut teori ini individu menguasai lebih banyak dari sekadar yang diperlihatkan oleh perilakunya.
Bandura menyatakan “Manusia adalah organism yang mempunyai kemampuan berpikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat mengahayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri”. Melalui pembelajaran observasional yang disebut modeling atau menirukan perilaku manusia, Bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial. Proses modeling terjadi dengan beberapa tahapan yakni Atensi (perhatian), Retensi (ingatan), Produksi dan Motivasi.

c)      Kelebihan teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

d)     Kelemahan jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

e)      Menurut saya teori ini baik, namun belum cocok bila diterapkan pada pendidikan Indonesia. Karena ditakutkan banyak yang meniru dari tingkah laku negatif, apalagi mereka yang tinggal di lingkungan bebas. Begi mereka yang tinggal di tempat pembelajaran yang tertutup, tinggal menetap (asrama) mungkin masih bisa berjalan baik.

Operant Conditioning Menurut Skinner


a) Pencetus teori ini adalah Burrhusm Frederic Skinner (lahir di Susquehanna, Pennsylvania, 20 Maret 1904 – meninggal di Massachusetts, 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme.

b) Teori ini dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Skinner merupakan yang paling akhir sebagai seorang behavioris, tetapi karena konsep Skinner lebih unggul daripada tokoh sebelumnya dia yang dianggap sebagai pengembang teori behavioris.

c) Kelebihannya tentu karena teori ini lebih unggul daripada teori sebelumnya, ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan lebih komprehensif.

d) Kelemahan dari teori ini adalah tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan membuat peserta didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas pendidik akan menjadi semakin berat.

e) Saya rasa teori ini juga baik bila diterapkan di Indonesia. Penerapan teori ini misalnya hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat, dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman, dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

Teori Belajar Menurut Guthrie


a) Teori ini dicetuskan oleh Edwin Ray Guthrie. Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan. Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas Washington.

b) Hukum belajar yang dihasilkan dari penyelidikannya adalah Law of Contiguity atau hukum hubungan. Gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul kembali akan cenderung diikuti gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara. Guthrie juga percaya mengenai faktor hukuman (punishment).

c) Kelebihan dari teori ini adalah Guthrie berbeda dengan ahli yang lain yakni melihat faktor punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

d) Kelemahannya, hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara sehingga dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan antara S (stimulus) dengan R (respon) bersifat lebih kuat dan menetap. Dalam teori ini peserta didik harus dibimbing melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, pendidik tidak diperkenankan mengabaikan peserta didik.

e) Menurut saya teori ini juga cukup baik apabila diterapkan di Indonesia, karena teori ini melihat faktor hukuman. Karena suatu hukuman yang tepat bisa saja mengubah tingkah laku sesorang ke arah yang lebih baik. Dan yang paling penting sebaiknya hukuman itu juga bersifat mendidik.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

Pendidikan Multi Budaya


Tanggal 17/05/2015

Pendidikan Multibudaya adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang. Pendidikan Multibudaya (Multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Pembelajaran Multibudaya pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya.
Dalam konteks yang luas, pendidikan Multibudaya mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Pembelajaran berbasis Multibudaya berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung.
Pendidikan Multibudaya juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Pendidikan Multibudaya diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.

Tujuan pendidikan dengan berbasis Multibudaya dapat diidentifikasi:
1.     Untuk mefungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam.
2.    Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan.
3.  Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
4.  Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan.


Di samping itu, pembelajaran berbasis Multibudaya dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan, yang bertujuan untuk: (1) Membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) Memajukan kebebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

PENDIDIKAN KELUARGA

Tanggal 15/05/2015

A.   Pengertian Pendidikan Keluarga
Pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006:182).
Sedangkan keluarga menurut istilah adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989).

B.     Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
1.       Tujuan Pendidikan Keluarga
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
2.      Fungsi Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
1.      Fungsi edukatif
2.      Fungsi sosialisasi anak
3.      Fungsi proteksi (perlindungan)
4.      Fungsi afeksi (perasaan)
5.      Fungsi religious
6.      Fungsi ekonomi
7.      Fungsi rekreasi
8.      Fungsi biologis
3.      Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.

C.    Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.

D.    Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara pendekatan endogenous (menimbulkan dari dalam) dan conditioning (pembisaan, mempengaruhi dari luar) serta enforcement (pemaksaan).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola asih.
Strategi yang dapat digunakan oleh orang untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :
1.      Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
2.      Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
3.      Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.

4.      Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.

Mata Kuliah  : Pembelajaran PKN di SD
Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 13 Mei 2015

Teori Classical Conditioning Menurut Pavlov

Teori Classical Conditioning Menurut Pavlov

a.      Pencetus teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov (14 September 1849
– 27 Februari 1936) adalah seorang fisiolog dan dokter dari Rusia. Ia
dilahirkan di sebuah desa kecil di Rusia tengah. Keluarganya
mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari
Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih
banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan seminari
ke Universitas St. Petersburg. Di sana ia belajar kimia dan fisiologi,
dan menerima gelar doktor pada 1879. Ia melanjutkan studinya dan
memulai risetnya sendiri dalam topik yang menarik baginya: sistem
pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat
sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia.

b.      Teori ini menjelaskan tentang pengkondisian asosiatif
stimulus-respons. Menurut teori conditioning Pavlov, belajar itu
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu
refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya
dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan
dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain,
gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena
mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam
refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks) atau refleks yang
dipelajari (conditioned reflex).
Objek eksperimen Pavlov, yaitu seekor anjing. Teori ini dilatar
belakangi oleh percobaan Pavlov tentang keluarnya air liur anjing. Air
liur akan keluar, apabila anjing melihat atau mencium bau makanan.
Terlebih dahulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan.
Pada percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur
anjng akan keluar meskipun belum melihat makanan, artinya perilaku
individu dapat dikondisikan.

c.      Kelebihannya, pada teori Pavlov ini individu tidak menyadari bahwa
ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya, hal ini
sangat membantu dan memudahkan pendidik dalam dunia pendidikan untuk
melakukan pembelajaran terhadap peserta didiknya.

d.      Kelemahan dari teori conditioning ini adalah teori ini menganggap
bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan
penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau
kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam
bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung
kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang
peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang
akan dilakukannya.
Selain itu, jika kondisi ini dilakukan secara terus menerus, maka
ditakutkan murid akan memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang
berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya siswa didik atau anak
harus memilki stimulus dari dalam dirinya sendiri (self motivation)
dalam melakukan kegiatan belajar dan pemahaman yang diberikan oleh
guru.

e.      Menurut saya teori ini juga cukup baik apabila diterapkan pada
pendidikan Indonesia, contoh penerapan teori ini adalah para pendidik
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh
oleh pendidik. Pendidik tidak banyak memberi ceramah tetapi instruksi
singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupaun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks. Metode Pavlov ini sangat cocok
untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya. Contohnya: percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME

Tanggal 10/05/2015

•           Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat
spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang
memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas.
Menurut epistemologis, pengatuhan itu diperoleh dengan cara mengingat
kembali melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu
diperintah melalui nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas
yang absolut.
•       Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang
hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar
campur tangan manusia. Dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu
diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya, sedangkan tingkah
laku manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah
diatur oleh kebijaksanaan yang teruji.
•       Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode
dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu
ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis. Esensi diri
pragmatisme ini terletak pada metodenya yang sangat empiris dimana
sangat menekankan pada metode dan sikap lebih dari suatu doktrin
filsafat yang sistematis dan menggunakan metode ilmu pengetahuan
modern sebagai dasar dari suatu filsafat.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

Teori Connectionism (S-R Bond) Menurut Thorndike

Tanggal 12/05/2015

Teori Connectionism (S-R Bond) Menurut Thorndike

a.      Teori ini dicetuskan oleh Edward Lee Thorndike. Thorndike
berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan
Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari
Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898.
Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903),
Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911),
Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The
Social Order (1940).

b.      Teori ini merupakan teori yang paling awal dari rumpun
behaviorisme. Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut
stimulus (S) dengan respon (R). Belajar adalah pembentukan hubungan
stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam artian dengan adanya
stimulus itu maka diharapkan timbulah respon yang maksimal teori ini
sering juga disebut dengan teori trial and error. Dalam teori ini
orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang
berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus
dan respon ini dilakukan dengan ulangan-ulangan.
Dalam membuktikan teorinya Thorndike melakukan percobaan terhadap
seekor kucing yang lapar dan kucing itu ditaruh dalam kandang, yang
mana kandang tersebut terdapat celah-celah yang kecil sehingga seekor
kucing itu bisa melihat makanan yang berada diluar kandang dan kandang
itu bisa terbuka dengan sendiri apabila seekor kucing tadi menyentuh
salah satu jeruji yang terdapat dalam kandang tersebut.
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan oleh Thorndike antara lain: 1)
Law of Effect (hukum efek), jika sebuah respon (R), menghasilkan efek
yang memuaskan, maka ikatan antara S (stimulus) dengan R akan semakin
kuat. Begitupun sebaliknya. Artinya, belajar akan lebih bersemangat
apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik. 2) Law of
Readiness (hukum kesiapan), pada implementasinya, belajar akan lebih
berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya. 3) Law of
Exercise (hukum latihan), hubungan antara S dengan R akan semakin
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang bila
jarang dilatih.

c.      Kelebihannya yakni dengan sering melakukan pengulangan dalam
memecahkan suatu permasalahan, peserta didik akan memiliki sebuah
pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian
hadiah, akan membuat peserta didik menjadi lebih memiliki kemauan
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

d.      Kelemahan dari teori ini yakni terlalu memandang manusia sebagai
mekanismus dan otomatisme belaka, disamakan dengan hewan. Meskipun
banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa
tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error.
Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia. Kekurangan lainnya
yakni memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara
stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah
memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau
ulangan-ulangan yang terus menerus.

e.      Apabila teori ini diterapkan pada pendidikan Indonesia, saya setuju
karena teori ini cukup baik bila diterapkan. Contoh penerapan teori
ini misalnya sebelum pendidik mulai mengajar didalam kelas, maka
peserta didik disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya peserta
didik disuruh duduk, reward dan punishment sehingga memberikan
motivasi proses belajar mengajar yang rapi, tenang dan sebagainya.
Contoh lain pendidik mengadakan ulangan yang teratur. Selain itu,
pendidik memberikan bimbingan, pemberian hadiah, dan pujian.

Mata Kuliah  : Pembelajaran PKN di SD
Dosen            : Dirgantara Wicaksono

Perkembangan Manusia (Definisi & Teori)

Tanggal 08/05/2015

A.      Definisi Perkembangan
Perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhannya.
Akhmad Sudrajat mengemukakan “Perkembangan” dapat diartikan sebagai
perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri
individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Menurut F. J Monks, dkk.
(2001) bahwa perkembangan merujuk pada suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak dapat diulang kembali.

B.      Teori – Teori Perkembangan
1.      Teori Awal : Preformasionisme (John Locke & J.J Rousseau)
John Locke menyatakan bahwa anak ibarat kertas kosong (teori
tabularasa), sehingga apapun pikirannya yang muncul hampir sepenuhnya
muncul dari pembelajaran dan pengalaman yang mereka peroleh.
Selanjutnya J.J Rousseau, membagi 5 tahap perkembangan, fungsi dan
kapasitas kejiwaan manusia yaitu: (1) Masa bayi (usia 0-2 tahun (2)
Masa anak-anak (usia 2-12 tahun) (3) Masa kanak-kanak akhir (usia
12-15 tahun) (4) Masa dewasa (usia 15-20 tahun) (5) Masa pematangan
(setelah umur 20 tahun).

2.      Teori Pendewasaan / Kematangan (Gesell)
Menurut Gesell bahwa anak dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama,
anak adalah produk dari lingkungannya. Kedua, berasal dari dalam diri
anak.

3.      Teori Etologis (Charles Darwin)
Charles Darwin meyakini, bahwa seleksi alam diaplikasikan bukan hanya
pada sifat-sifat fisik (seperti warna kulit) namun juga beragam jenis
tingkah laku. Darwin disebut sebagai etolog pertama.

4.      Teori Organismik dan Komparatif (Werner)
Perkembangan menurut Wenner mengacu kepada lebih dari sekadar
berlalunya waktu, kita bisa tumbuh menjadi tua namun tidak berkembang.
Bagi Werner bahwa anak-anak memerlukan kesempatan untuk belajar lewat
aktifitas-aktifitas sensori-motoriknya dan tugas-tugas yang bermakna
secara emosional bagi mereka.

5.      Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Model kognitif Piaget, dengan asumsi bahwa perkembangan manusia dapat
digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur. Teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang
termotivasi sendirinya terhadap lingkungan.
Piaget membagi skema yang digunakan untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yaitu: (1) Periode Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
(2) Periode Pra-operasional (usia 2-6 tahun) (3) Tahapan Operasional
Konkrit (usia 7-12 tahun) (4) Tahapan Operasional Formal (usia 12
tahun sampai dewasa).

6.      Teori  Tahap Perkembangan Moral (Kohlberg)
Kohlberg lebih menyoroti tentang perkembangan moral pada manusia.
Menurutnya, ada enam tahapan perkembangan moral manusia, yaitu:
Tingkat Pertama, bahwa Moralitas Prakonvensional yaitu terdiri dari;
Tahap 1 Kepatuhan dan Orientasi Hukuman dan Tahap 2 Individualisme dan
Pertukaran. Tingkat Kedua, Moralitas Konvensional yaitu; Tahap 3
Hubungan-hubungan Antar Pribadi yang Baik, Tahap 4 Memelihara Tatanan
Sosial. Tingkat Ketiga yaitu, Moralitas Pasca-Konvensional; Tahap 5
Kontrak Sosial dan Hak-Hak Individual, Tahap 6 Prinsip-prinsip
Universal.

7.      Teori Psikoanalitik (Sigmund Freud)
Menurutnya, perubahan psikologis daitur oleh kekuatan-kekuatan bathin,
khususnya kedewasaan biologis. Secara lebih rinci, menurut Sigmund
Freud, ada 6 tahap perkembangan fisiologis yaitu: (a) Oral (usia 0-1
tahun) (b) Fase Anal (usia 1-3 tahun) (c) Fase Falish (3-5/6 tahun)
(d) Fase Latent (usia 5/6 – 12/13 tahun) (e) Fase Pubertas (usia 12/13
tahun – Dewasa) (f) Fase Genital (usia 20 tahun dan seterusnya).

8.      Teori Delapan Tahap Kehidupan Manusia (Erick Erikson)
Secara teoritis ada 8 tahap kehidupan manusia yaitu: (a) Oral; zona
utamanya adalah mulut. (b) Anal; Mode dasar pada tahap ini adalah
retensi dan eliminasi. (c) Falik (Odipal); Mode utama tahap ini
disebut sebagai intrusi berarti penggerakkan ke depan. (d) Latensi;
Paling menentukan bagi pertumbuhan ego. (e) Pubertas (Genital);
Peningkatan pesat di dalam energi sangat mengganggu remaja. (f) Dewasa
Muda; Mencapai keintiman. (g) Dewasa; Sanggup membangun keintiman yang
benar. (g) Senja; Integritas ego vs keputus asaan.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen          : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 06 Mei 2015

Ketika pertama kali mengajar.....


Sebelum mengajar, tentulah harus mengetahui dan memahami bermacam
strategi, pendekatan, model, metode dan media. Agar kemudian mudah
untuk membuat kelas menjadi hidup akan cara tersendiri dalam mengajar.
Selain itu, Guru juga harus memahami juga memiliki RPP dan Silabus,
agar pembelajaran dapat berlangsung secara baik dan teratur.

Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Macam-macam Strategi Pembelajaran :
•       Strategi Pembelajaran Berorientasis Aktivitas Siswa
•       Strategi Pembelajaran Ekspositori
•        Strategi Pembelajaran Inkuiri
•       Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
•       Strategi Pembelajaran Afektif
•       Strategi Pembelajaran Kontekstual
•       Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
•       Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan Pembelajaran adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.  Pendekatan secara umum dibagi menjadi dua,
yakni pendekatan berpusat pada guru dan pendekatan berpusat pada
siswa.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Berikut
contoh beberapa model pembelajaran:
•       Kooperatif
•       Make a Match
•       Kontekstual
•       Number Head Together
•       Think, Pair & Share
•       Jigsaw
•       Role Playing

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Berikut
beberapa contoh  metode pembelajaran:
•       Ceramah
•       Diskusi
•       Tanya jawab
•       Study tour
•       Latihan keterampilan

Pada saat pertama kali mengajar, tentunya akan didampingi oleh salah
satu Guru atau bahkan didampingi oleh Kepala Sekolah di Sekolah
tersebut. Ketika masuk ke dalam kelas, tak lupa kami mengucapkan Salam
kepada siswa yang ada dikelas. Lalu, mengajak siswa untuk berdoa
bersama sebelum memulai pembelajaran hari ini. Setelah berdoa selesai,
kemudian pendamping saya memberitahukan bahwa saya adalah Guru baru di
sekolah tersebut. Setelah selesai perkenalan singkat, pendamping
meninggalkan saya keluar kelas. Lalu saya memperkenalkan diri secara
lebih dekat dengan siswa bahwa saya adalah Guru baru disekolah
tersebut.
“Hai.. Selamat Pagi Anak-Anak!....”
Setelah memperkenalkan diri, saya menanyakan bagaimana kabar siswa
pada hari itu. Dan mengingatkan agar tidak lupa untuk sarapan pagi
sebelum jam 9. Lalu, saya mengabsen siswa menggunakan buku absen yang
telah disediakan sekaligus perkenalan. Setelah selesai mengabsen saya
akan menjelaskan secara singkat mengenai apa yang akan dipelajari pada
saat itu.
(Misalnya pada saat mata pelajaran PKn, mengenai tata tertib)
Lalu saya menanyakan kepada siswa mengenai hal-hal yang menyangkut
dengan pelajaran pada saat itu. Hal ini ditujukan agar Guru dapat
mengetahui sejauh mana siswa mampu berpikir dan agar siswa lebih mudah
nantinya dalam menerima pelajaran.
“Apakah kalian pernah melanggar tata tertib?”
Atau
“Tata tertib itu apa sih?”
Setelah itu, saya akan membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Sebaiknya satu kelompok 4-5 orang. Lalu memberikan beberapa inti
pertanyaan yang akan mereka bahas bersama-sama. Seperti “Apa saja tata
tertib di sekolah yang kalian ketahui .. ”Dalam kegiatan ini, tak lupa
melihat kerjasama diantara mereka.
Setelah waktu diskusi berakhir, saya akan mempersilahkan masing-masing
perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Lalu, pada akhir kegiatan pembelajaran saya memberikan potongan gambar
dan kata keterangan. Masing-masing kelompok akan mendapatkan soal yang
sama. Yakni menjodohkan gambar (yang berhubungan dengan tata tertib)
dengan keterangan gambar yang benar. Hal ini ditujukan untuk lebih
meningkatkan kerjasama antar siswa dan kemampuan berpikirnya.
Saat kegiatan pembelajaran berakhir, tak lupa saya memberikan
kesimpulan tentang pembelajaran pada saat itu. Dan memberikan
keterangan bagaimana siswa-siswi dalam kegiatan pembelajaran tersebut,
apakah aktif ataupun tidak dan sebagainya.
Lalu saya menutup kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk
berdoa bersama setelah pelajaran.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono