Rabu, 17 Juni 2015

Inovasi

Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi social tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya "sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bias benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks social yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery.
Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Sekalipun telah diberlakukannya otonomi daereh sebagai konsekuansi penerapan undang-undang nomor 22 tahun 1999, permasalahan itu tampaknya akan tetap ada, bahkan akan semakin kompleks. Masalah tersebut adalah masalah relevansi, masalah kualitas, masalah efektivitas dan efisiensi, masalah daya tampung sekoloah yang terbatas.
1.      Masalah relevansi pendidikan
2.      Masalah kualitas pendidikan
3.      Masalah efektivitas dan efisiensi.
4.      Masalah daya tampung yang terbatas.
Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Sifat & Sikap yang Harus Dimiliki Guru

Ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas secara profesional yang mendukung diterapkannya penerapan pembelajaran terpadu, yaitu:
• Fleksibel. Tidak kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan, sifat-sifat serta latar belakang siswa.
• Bersikap terbuka
• Berdiri sendiri
• Peka. Mengerti, menilai atau melihat dengan perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa.
• Tekun
• Realistik ( berpikir & berpandangan realistik)
• Melihat ke depan
• Rasa ingin tahu
• Ekspresif
• Menerima diri. Menerima keadaan dan kondisi dirinya.
Sumber=
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
A) Tidak semua mata pelajaran harus disatukan
B) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
C) Kompetensi dasar yang tak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan.
D) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
E) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
F) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Sumber=
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Kekurangan & Kelebihan Pola Mata Pelajaran Terpisah

Kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

a) Bahan pelajaran yang dipelajari secara terpisah menggambarkan bahwa tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya
b) Bahan pelajaran yang diberikan / dipelajari tidak bersifat aktual
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif
d) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
e) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa.

Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

a) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana & mudah dipelajari.
b) Kurikulum ini mudah diubah & dikembangkan.
c) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai & budaya terdahulu
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah ubtuk diperluas & dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengab waktu yang ada.
Sumber =
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Ciri-Ciri Inovasi (Rogers)

Inovasi harus mengandung makna perbaikan terhadap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan termasuk menetapkan satu atau lebih kriteria kualitatif. Inovasi juga biasanya dilihat sebagai sesutu yang biasa dan bukannya menyusun kembali apa yang sudah ada kedalam pola-pola baru, dilain pihak perubahan meminta respon sedangkan kualifikasi memerlukan inisiatif.

Ciri-ciri yang dikemukakan di atas adalah ciri-ciri berdasarkan batasan atau pengertian inovasi karena dalam spektif yang berbeda tentu akan menunjukkan ciri yang berbeda.
Rogers (1983), misalnya, mengemukakan ciri-ciri inovasi,yaitu:

a. Keuntungan relatif (relative advantage) adalah tingkat yang digunakan untuk mengukur apakah inovasi itu lebih baik dari gagasan sebelumnya atau tidak.

b. Kesepadanan (compability) tingkat sampai di mana suatu inovasi konsisten terhadap nilai-nilai yang ada, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kebutuhan-kebutuhan para opter yang potensial.

c. Kompleksitas (complexity) adalah tingkat sampai di mana suatu inovasi dilihat sebagai hal yang sulit untuk dipahami dan digunakan.

d. Kemungkinan dapat dicoba (trialability) ialah tingkat sampai dimana kemungkinan suatu iniovasi dapat dicobakan pada batas-batas tertentu.

e. Kemungkinan dapat diamati (observability) adalah tingkat sampai dimana hasil dari suatu inovasi dapat diamati oleh orang lain.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Selasa, 16 Juni 2015

Peranan Guru dalam Kurikulum

Kurikulum tidak bisa stagnan dan harus terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurut Murray Printr peran guru dalam kurikulum adalah sebagai berikut :

Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.

Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.

Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama / guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dan Sumardi, 2009).

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Minggu, 14 Juni 2015

Pengertian, Fungsi & Jenis Tes

a. Pengertian

Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat materi tertentu. Menurut Sudijono (1996) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut Norman (1976) tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).

b.Fungsi
Menurut Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes antara lain:
1.Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau dicapai.

c.Jenis Tes
Ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu:
1.Tes penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
2.Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan diagnostik. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan tertentu.
3.Tes Formatif
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kualitas pembelajaran di kelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.
4.Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan  atau rangking masing-masing siswa dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)

Mata Kuliah : Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Rabu, 03 Juni 2015

Keunggulan Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b.Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Evaluasi

1.Sudijono (1996) mengemukakan bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data merupakan hasil dari pengukuran.
2.Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai. (Gronlund, 1985).
3.Menurut Ralph Tyler (1950) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
4.Adams (1964) dalam bukunya “Measurement and evaluation in education, psychology, and guidance” menjelaskan bahwa kita mengukur berbagai kemampuan anak didik. Bila kita melangkah lebih jauh lagi dalam menginterprestasi skor sebagai hasil pengukuran itu dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai dalam suatu kerangka maksud pendidikan dan pelatihannya atau atas dasar beberapa pertimbangan lain untuk membuat penilaian, maka kita tidak lagi membatasi diri kita dalam pengukuran, kita sekarang telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan anak didik.
5.Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut “kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penilaian hasil belajar yang didasarkan pada proses pengukuran yang valid.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Penilaian

1.Menurut Depdikbud (1994) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.

2.Anthony J Nitko (1996) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that it used for making decisions about students”.

3.Gronlund mengartikan penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pengertian penilaian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan menentukan nilai suatu objek yang ditujukan pada penguasaan dalam beberapa bidang.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli

1. Menurut William Shockley pengukuran adalah perbandingan dengan standar.
2.Menurut Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
3.Wiersma & Jurs (1990) mengemukakan bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan – satuan tertentu.
4.Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu.

Dari pengertian pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan serta bersifat kuantitatif.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Pengertian Model Sequenced (Model Urutan)

Model sequenced adalah salah satu dari lima model pembelajaran terpadu di dalam lintas beberapa mata pelajaran yang paling sederhana. Kelima model ini disusun dari yang agak sederhana hingga yang rumit dalam lebih dari satu mata pelajaran. Kelima model itu ialah (1) model sequenced seperti yang akan kita bahas, (2) model shared, (3) model webbed (4) model threaded, dan (5) model integrated.

Secara bahasa, "sequenced" adalah rangkaian, urutan, atau tingkatan. Sequenced  adalah susunan bahan ajar yang terdiri atas topik/subtopik, dan di dalam tiap topik/subtopik terkandung ide pokok yang relevan dengan tujuan. Dengan artikulasi yang terbatas lintas disiplin, guru dapat mengatur kembali urutan topik sehingga unit-unit yang mirip bersinggungan dengan yang lainnya. Dua disiplin terkait dapat diurutkan sehingga isi bidang studi dari keduanya dapat diajarkan secara pararel. Dengan melakukan pengurutan di mana topik-topik diajarkan, aktivitas yang satu meningkatkan yang lain.
Dengan demikian, dua atau lebih guru dapat saling menyusun urutan konsep pelajaran yang akan diajarkan, kemudian memadukan dengan urutan konsep yang telah dibuat oleh guru yang lain terhadap pelajaran yang diasuhnya. Dengan dibuat suatu urutan yang saling bersinggungan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain, akan membantu siswa lebih mudah memahami terhadap apa yang disampaikan oleh guru.

Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara parallel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara parallel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajaran pada alokasi jam yang sama.

Dalam model urutan (sequenced) memerlukan kolaborasi dan fleksibilitas semua kalangan. Ini tidak semudah yang kita dengar karena ketepatan waktu, guru yang mengajar dan sub materi harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sehingga dalam aplikasinya model pembelajaran urutan ini lebih jarang digunakan. Contohnya guru bahasa Inggris mengajarkan periode sejarah novel tertentu, sementara guru sejarah juga mengajarkan periode sejarah yang sama. Dalam dua disiplin ilmu tersebut, memudahkan siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru, memberikan penguatan terhadap materi yang disampaikan dan pembelajaran lebih bermakna.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono