Kamis, 22 Maret 2018

Revolusi Industri 4.0

Sebelum membahas Revolusi Industri 4.0, mari kita ingat Revolusi Industri sebelumnya . . .
Revolusi Industri Generasi Pertama, melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Contohnya kemunculan mesin uap pada abad ke-18.
Revolusi Industri Generasi Kedua, munculnya pembangkit listrik tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Contohnya memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang dan lain-lain.
Revolusi Industri Generasi Ketiga, munculnya teknologi digital dan internet.
Dan inilah  Revolusi Industri Generasi Keempat . . .
Dunia telah memasuki Revolusi Industri generasi ke-empat (4.0) dimana akan mengalami pertumbuhan industri yang menyeluruh dan berkelanjutan. Fenomena 4.0 dikenal dengan fenomena disruptive innovation yang menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic dan lain sebagainya.


Apa saja sih contoh revolusi industri 4.0 yang telah terjadi di Negara kita?
Pertama, pada industri otomotif dalam proses produksinya sudah menggunakan sistem robotic dan infrastruktur internet of things.
Kedua, pada industri makanan dan minuman 4.0 diterapkan pada bagian pemilihan bahan baku.
Ketiga, penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian menghasilkan beberapa technopark pada beberapa wilayah seperti Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (Tohpati Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park – Rumah Software Indonesia) dan Batam (Pusat Desain Ponsel).

Apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut ?
Pertama,  pengajaran dituntut untuk berubah agar dapat menghasilkan insan-insan yang berkualitas bagi generasi masa depan. Khususnya pengajaran pada perguruan tinggi. Mengapa demikian? Berdasarkan sumber terkait, kondisi Dosen Indonesia saat ini masih didominasi oleh generasi baby boomers dan generasi X yang merupakan bagian dari digital immigrant. Sementara mahasiswa yang dihadapi merupakan generasi millennial atau digital native.
Kedua, meningkatkan keterampilan bagi tenaga kerja dalan memahami penggunaan internet of things – mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
Ketiga, tentu saja memanfaatkan teknologi digital agar dapat memacu produktivitas dan daya saing termasuk industri nasional.
Terakhir, inovasi teknologi! inovasi teknologi yang dilakukan oleh berbagai kalangan khususnya para teknolog tentu sangat diperlukan bagi kekuatan dalam menghadapi era 4.0 ini. kurangnya inovasi tentu perlahan akan berdampak buruk terhadap berbagai sektor.

Revolusi Industri 4.0
Era Mekanisasi - Era Digitalisasi - Era Automatisasi
Manusia adalah unsur utama dalam kehidupan. Namun dalam era 4.0 secara perlahan peran manusia akan tergantikan atau bahkan hilang dalam ranah front office, tapi tidak dalam ranah back office. Tapi, tetap saja benar bahwa peran manusia pada era ini akan berkurang (de humanisasi). Peran tersebut bergeser karena adanya teknologi yang telah menjamur pada generasi 4.0. Meskipun sebenarnya teknologi bukanlah segalanya. Karena, apapun yang terjadi dalam masyarakat tergantung bagaimana manusia mengendalikannya.

Referensi :
http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-Industri-Keempat
http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/2018/01/30/era-revolusi-industri-4-0-saatnya-generasi-millennial-menjadi-dosen-masa-depan/
http://id.beritasatu.com/home/revolusi-industri-40/145390



Dosen: Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Mata Kuliah: Instructional Design

Rabu, 17 Juni 2015

Inovasi

Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi social tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya "sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bias benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks social yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery.
Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Sekalipun telah diberlakukannya otonomi daereh sebagai konsekuansi penerapan undang-undang nomor 22 tahun 1999, permasalahan itu tampaknya akan tetap ada, bahkan akan semakin kompleks. Masalah tersebut adalah masalah relevansi, masalah kualitas, masalah efektivitas dan efisiensi, masalah daya tampung sekoloah yang terbatas.
1.      Masalah relevansi pendidikan
2.      Masalah kualitas pendidikan
3.      Masalah efektivitas dan efisiensi.
4.      Masalah daya tampung yang terbatas.
Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono